
ketika awan pergi, langitpun berkaca
pada wajahnya.
biru, seperti setiap hati ini
membisikkan namamu.
inilah telaga, yang telah membuat langit tinggi
jatuh hati
dan menumpahkan segenap warna di riak mukanya.
bersama angin menggulirkan musim
dan kepak belibis memercikkan hari-hari,
aku larung semua kecemasan di kedalaman
hatimu. langkah-langkah menyusuri lekuk landai di tepian,
diam-diam menyisir kenangan
diantara gerai lembut daun jarum cemara
dan lambaian di tiap helai rambutmu.
lewat desah ilalang mengurungnya,
atau gumam lirih dari hutan di bukit yang jauh,
terbaca lagi jejak persinggahan.
menyemai benih,
hingga tumbuh menggapai rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar