Rabu, 21 Januari 2009

analisa aja kok

Fluktuasi

Sumber daya mapala

M

apala merupakan sebuah organisasi internala kampus yang bergerak dalam bidang kepencinta alam dan olahraga alam bebas. Kemunculan organisasi mapala sendiri di mulai dari berdirinya Mapala UI ( Universitas Indonesia ) pada tahun 1960 an yang didasari pada persamaan hobi berpetualang di alam, hingga tahun 1990 an munculnya mapala dan perkembangannya mengalami puncak kemajuan bak jamur di musim hujan.

Pada dasarnya kemunculan mapala tidak terlepas dari implementasi jiwa kaum muda yang selalu ingin mencari hal-hal yang baru dan menantang.Disamping itu juga tradisi bergerombol dan membentuk sebuah komunitas yang berbeda menjadi sebuah latar belakang berdirinya mapala.Hal tersebut tercermin dari kegiatan yang ada dan pola kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh anggota mapala, sebut saja mereka selalu melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan orang-orang awan serta perileku nyleneh yang mereka lakukan bersama komunitasnya. Dari hal inilah justru yang kemudian menjadi daya tarik mengapa setelah tahun pertama pendirian kemunculan serta perkembangannya begitu pesat ( dalam hal kuantitas anggota ). Dalam perkembangan selanjutnya mapala menjadi sebuah komunitas yang mempunyai karakter kuat dan rasa sosial tinggi yang terkadang sulit untuk dipahami secara kesuluruhan, karena memang mapala merupakan sikap perpaduan antara sikap anti kemapanan dan tuntutan intelektual yang tinggi karena bagaimanapun juga mahasiswa menjadi ikon agent of change. Tidak hanya itu,perkembangan mapala begitu mencuat manakala potensi yang ada tergali secara optimal, seperti fotografi, outbond,rescue, konservasi lingkungan, dan sebagainya sehingga melahirkan beberapa nama besar dalam skala nasional maupun internasional.

Tapi suatu hal yang mendasari perkembangan mapala begitu pesat adalah karena adanya sumber daya alam manusia yang berlimpah skill dan keterampilan serta obsesi yang dimiliki. Memasuki abad ke 21 perkembangan mapala mengalami anti klimaks terutama dari segi kuantitas anggota maupun kuatitas dari tiap-tiap anggota mapala.Kalau tentang kualitas anggota mapala, dilihat dari sebab tentunya akan sangat besar cakupanya, karena saya lihat tidak hanya terjadi di mapala tapi juga kuatitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia mengalami penurunan kualitas. Mungkin salah satunya kurang adanya obsesi serta determinasi yang dimiliki oleh tiap-tiap individu sehingga terjadi sebuah stagnasi, karakter ( idealisme ) yang sudah mulai luntur serta mudah menyerah pada sebuah keadaan ( sendhiko dawuh ).

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa ada beberapa sebab yang membuat seseorang enggan untuk menjadi anggota mapala, diantaranya

  1. Faktor fisik yang kurang mendukung, hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mereka enggan mengkuti Pladiksar mapala, karena secara kasat mata kebiasaan mapala adalah membawa beban berat serta bekerja keras dalam setiap kegiatan yang ada, contohnya adalah pada saat Pladiksar seluruh peserta wajib membawa tas carier berkilo-kilo gram beratnya yang harus mereka gendong danjuga karena ukuran kertas tas tersebut yang memang cukup besar. Faktor fisik lainnya bisa juga datang dari bawaan individu yang membuat seseorang mengurungkan niatnya untuk bergabung dengan mapala misalnya asma, pobia, magg, tipes dan tidak kuat terhadap hawa dingin
  2. Orang rumahan dalam artian orang-orang yang masuk menjadi mapala ( walaupun tidak secara pasti ) kebanyakan orang luar kota atau jauh dari pantauan orang tua. Karena bagaimanapun juga mereka memikirkan bagaimana nanitnya mereka sudah masuk dengan sejumlah aktifitas yang padat di mapala membagi antara kepentingan keluarga dan organisasi
  3. Informasi yang mendiskridtkan mapala, informasi dalam hal ini berkaitan dengan image mapala yang memang di mata sebagian masyarakat sudah sedemikian mendiskriditkan mapala. Informasi tersebut memang terjadi karena sebuah pengalaman-pengalaman ataupun pengetahuan tentang karakteristik mapala dalam satu tinjauan saja.
  4. Trgedy Pladiksar dan Pladikjut yang terjadi jelas sangat mempengaruhi kuantitas peminat mapala. Dengan adanya tragedy, semua pihak baik dari kampus, orang tua tentunya akan bertambah negative image yang muncul terhadap mapala tapi sejauh ini dikalangan mahasiswa yang memang sudah mengenai karakteristik mapala tidak terlalu terpengaruh dan seringnya justru pihak-pihak tersebut punya pengaruh besar terhadap objek misalnya orang tua.
  5. Tuntutan kuliah juga ikut memberi andil juga, karena diakui atau tidak tujuan utama kita adalah untuk menuntut ilmu dibangku perkuliahan bukan ikut mapala. Hal ini dikarenakan intensitas kegiatan mapala yang begitu padat sehingga sering kali harus meninggalkan kegiatan akademis. Hal ini diperparah lagi dengan kebijakan-kebijakan kampus yang secara tidak langsung berpengaruh misalnya kebijakan yang ada di Univ PGRI palembang “ boleh ikut ujian minimal 80 % kehadiran di ruang kelas “ dan juga kebijakan pembatasan aktifitas malam ( jam malam )
  6. Faktor keuangan, bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan di alam bebas membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya bahkan dapat dikategorikan mahal.
  7. faktor kehidupan bermasyarakat mapala yang terkadang secara kasat mata jauh dari nilai norma-norma social yang berlaku.

Beni Martha “ Jin “ ( NAP.09.044.05 )

berdasarkan analisa pribadi dan sharing dengan teman-teman PALASPA serta informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan mahasiswa.






Tidak ada komentar: